<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d28389881\x26blogName\x3delge\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dLIGHT\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://maselge.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://maselge.blogspot.com/\x26vt\x3d2868462112700883862', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

elge

pria biasa, pustakawan pada harian yang penuh angka pada halaman tengahnya.

Tuesday, February 06, 2007

banjir dan kejahatan televisi

Hampir 5 hari ini kita disuguhi berita banjir.
Semuanya seragam, melaporkan bencana banjir.

Reporter televisi berbasah-basah terendam atau minimal berlatar belakang banjir.
Semua berlomba-lomba sedekat mungkin melaporkan, bahkan ikut perahu karet dan wawancara dengan penduduk yang diatap-atap rumah.

Bahkan untuk supaya lebih dramatis,
kalau perlu melakukan "drama alias reka ulang"* evakuasi korban banjir
padahal mereka telah dievakuasi beberapa saat.

Semua demi pemirsa, semua dilaporkan sedekat mungkin, dengan penuh kecemasan dan nyaris tanpa harapan.

Jadi semakin lama kita nonton televisi maka semakin takut pula, hingga tidak sekolah atau bekerja.
Waduh...





*hal ini sering dilakukan waktu tayangan kriminal